Powered By Blogger

Jumat, 09 November 2012

Soul's Story 3


Perjalananku cukup panjang
dengan membawa prisaku..
membawa tombak besarku..
membawa pedang yang diselimuti dengan semangat dan juga perjuanganku..
jiwaku tak cukup tenang..

Sambil melangkah dengan kaki-kaki yang telah melewati
semua kesakitan..
semua kepedihan..
semua keperihan..
ku tundukan kepalaku..
yang tertutup helm tempur milikku..
merasakan sebuah kelelahan..
sebuah kelemahan..
menghayati sebuah ke belum berhasilan..

Kini jiwa ini tak lagi menginginkan sebuah istana..
mengingat semua singgasana yang dahulu dalam perjalanan untuk meraihnya..
mereka mengekangku..
memenjarakan kebebasanku..
meretakan prisai dan pedangku..

Tujuanku semakin tak jelas..
jiwa ini memiliki kekuatan yang hebat dan keras..
namun diri ini rasanya seperti monster yang hanya bisa membabi buta untuk mengalahkan segalanya..
bukan seseorang yang mengayunkan pedangnya demi kemenangan dan kemerdekaan layaknya seorang kesatria..
hatiku selalu bertanya..
jika bukan lagi istana yang ku tuju lalu apa ?
apa aku yang sekarang hanya sekedar bertahan hidup dengan pedang yang kusarungkan?
dan menjadi yang tidak terkalahkan ?

Mungkin pada akhirnya aku akan kembali mengejar sebuah istana..
tapi sekarang keadaanku cukup lelah dan lemah untuk meraih sebuah singgasana..
dengan berjuang sendirian aku takkan sanggup mencapai itu semua..

Aku butuh pasukan..
aku butuh lebih dari sekedar kekuatan..
lebih dari sekedar teriakan..

Dengan menyeret tombakku, aku berjalan menuju sebuah tempat megah..
yang di dalamnya berkumpul para kesatria yang gagah..
tempat yang cukup besar..
untuk kekuatan yang besar..
aroma pedang begitu terasa di sana..
teriakan dan sorakan semangat terasa terkumpul bersama tombak-tombak kokoh yang di atapi oleh langit jingga..
gesekan pedang begitu kental di tempat itu..
getrannya menyelimuti dinding-dinding besar yang menutupi tempat itu..
tempat itu menarik..
mungkin tempat itu akan membuat diri ini menjadi lebih baik..

Ku mulai langkahkan kaki-kaki ku ke sana..
kepijak anak-anak tangga dengan satu persatu..
tangga yang besar tangga yang kokoh terbuat dari batu..
ku masuki tempat itu..
sesampainya di atas jiwaku semakin merasakan susana pejuang dan pertempuran..
ku lihat dari sisi tempat itu..
ditengahnya begitu luas membentang lapangan besar tempat darah berceceran..

Ku melihat begitu banyak para kesatria bertempur berusaha melumpuhkan satu sama lain..
dengan anak panah, prisai, palu, samurai, pedang, tombak, rantai dan kapak mereka berjuang dengan habis-habisan..
sepertinya tak ada ampunan bagi mereka yang bertempur mengandalkan batin..
kesadisan, pembantaian, pemusnahan akan terus di unggulkan tanpa belas kasihan..

Jeritan menjadi penghias aroma di udara..
teriakan menjadi pengguncang kemeriahan di sana..

Mataku tertuju satu pejuang..
yang menggunakan prisai dan pedang..
terlihat  sekilas sepertiku..
serupa namun tak sama dengan milikiku..
ayunan pedangnya begitu indah..
gerakannya begitu anggun namun mematikan..
menunggu dan tak teralasakan emosi haus darah..
lebih banyak menggunakan prisainya dan menguggulkan pertahanan..
tak ada luka baginya..
namun begitu banyak darah untuk lawannya..
begitu tangguh dan cerdik..
begitu berani dengan pandangannya yang mencekik..
tusukan pedangnya begitu mantap..
pandangan perisainya selalu rapat..
hujan darah membasahi baju zirahnya..
namun bukan darahnya melainkan darah lawannya..
dia tak terkalahkan, dia tak terhentikan..
walau lawannya begitu besar dan menyeramkan..
aku tersenyum kagum melihatnya..
salut dengan hiburan darinya..

Setelah semua tumbang..
hanya sisa dia seorang..
berdiri tegak diselimuti sorakan yang membentang..
memandang prisai dan mengangkat pedang..
seisi tempat itu diramaikan dengan tepuk tangan dan dipenuhi dengan teriakan kekaguman..
saat dia berjalan menuju sisi dinding..
tak goyah langkah kakinya..
padahal begitu lama dia mengalahkan semuanya..
sungguh kuat..
sungguh hebat..
ketangguhannya memaksaku untuk menemuinya..
ingin diri ini mengenalnya..
menyapanya, menyanjungnya..
dan belajar darinya..

Pertempuran pun usai..
di luar tempat itu aku bertemu dengan kesatria cerdik dan perkasa tersebut..
ku menyapanya..
ku memuji segala kehebatannya..
sentak dia terdiam dan memandangku..
lalu membuka helm tempur yang menutupi wajahnya..
sambil tersenyum dia menyapaku :

"Sudah lama aku tak melihatmu..
sudah cukup lama kita tak bertemu..
dan sudah cukup lama kau tak menyapaku..
bagaimana hidupmu tanpa diriku kawan..?"

Ternyata dia teman lamaku..
dia adalah "kesabaran"..

Dia yang dahulu mengajarkanku tentang arti pertempuran..
memberikan sebuah makna "mengalah untuk menang"..
menuntunku mencerna sebuah perkataan bijak "diam adalah emas dan emas akan selamat bagi yang berjuang"..

Setelah cukup lama kami bercakap-cakap saling menceritakan apa-apa saja yang telah berlalu..
dia memberikanku sebuah pembelajaran baru..
membongkar sebuah rahasia kepadaku..
dia berkata padaku :

"Kau tahu mengapa aku cenderung menghadapkan prisai ini kehadapan lawanku ?
kau tahu mengapa aku cenderung berlindung dari pada menyerang lawanku ?
banyak dari mereka di luar sana yang bilang aku pengecut,
penakut yang hanya bisa bersembunyi di balik prisaiku..
namun bagiku apapun yang mereka katakan takkan pernah membantu diriku..
untuk meraih sebuah kemenangan dibalik pertempuran sengit itu..
dan Kau Tahu..
aku gunakan prisai ini karena prisai ini yang cukup kokoh..
bukan untuk melindungiku..
namun untuk menahanku..
untuk tidak bertindak gegabah..
yang mana pada akhirnya akan membuat diriku kalah..
saat kau menghadapi atau melawan apapun itu..
hadapilah..
tunggulah waktu yang tepat untuk mengalahkannya..
mungkin akan membutuhkan waktu yang lama..
namun semuanya takkan pernah ada yang sia-sia..
dan semua akan berbuah kemenangan dan kebahagiaan untukmu pada akhirnya.."

Dan dia juga memberikan nasihat bijak padaku :

"Kokohkan prisaimu sekokoh-kokohnya prisai,
sebesar apapun lawanmu,
sekuat apapun musuhmu,
selama kau menggunakan dengan baik prisai itu,
dan berlindung dibaliknya..
dia takkan pernah bisa melumpuhkanmu,
takkan pernah mampu menumbangkanmu,
takkan pernah sanggup mengalahkanmu..
hanya akan tersisa lelah yang menyengat bagi lawanmu dan disana peluangmu untuk mengakhirinya
dan mimpimu akan segera terwujud pada akhirnya.."

Kemudian dia diam dan tersenyum lalu berkata :

"Prisaimu layaknya hatimu wahai kawan lama"

Dan mulai saat itu dia bersedia menemaniku..
untuk mencari kehidupan baru..
tujuan baru bagiku..
diriku akan selalu nyaman hidup disampingnya..
diriku selalu merasa tenang bila ditemani kawan lama seperti dirinya..
walau di tengah perjalanan nanti..
aku bertemu dengan lawan yang besar, sebesar apapun itu..
musuh yang kuat, sekuat apapun itu..
penghalang yang tangguh, setangguh apapun itu..

Kekhawatiran akan kekalahan takkan pernah menghantuiku..
karena jiwa ini akan selalu bertempur dengan "kesabaran"..

To be continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar