Powered By Blogger

Senin, 22 Oktober 2012

Soul’s Story 2


Berdarah-darah..
penuh luka dan memar merah merekah..
begitu banyak sayatan perih yang tergores tajam..
susah payah ku melangkah ketika semua musuh-musuhku telah kujatuhkan,,

Namun dari kejauhan,
istana itu menolakku..
singgasana tujuan tempat persinggahanku tak menginginkanku..
susah payah ku mencapainya, namun istana itu tak lagi untukku..
tak lagi membutuhkan kehadiranku...
membuatku membisu, diam tercengang menyayat kalbu..

Angin pilu berhembus menghantam dadaku..
merasuki, menembus paru-paruku..
menghisap sukma, meremas jantungku..
sesak padat, membirukan darah, meracuni tubuh rentaku..

Tombakku terasa berat ku angkat,
prisaiku terasa menggoyahkan keseimbangan dengan sejuta rasa penat,
rasanya seperti menghancurkan harga diri,,
seperti tercekik dan merusak semangat ini..
terhempas memilukan,
terbakar hati ini dalam kehampaan..

Ribuan kecewa terasakan akan singgasana dan juga aroma itu
rasanya ingin ku koyak isi istana itu,
ku bakar hingga tak lagi tersisa kecuali reruntuhan bisu..
namun hanya senyum yang dapat ku perlihatkan ketika melihat istana itu telah disinggahi seorang kaisar mapan yang tak berupaya begitu keras, sekeras usahaku untuk meraih singgasana itu..

Singgasana emas itu dengan mudahnya..
melebarkan pintunya..
untuk dimasuki kaisar yang baru dari negeri sebrang yang tak memberikan pengorbanan apapun sedari awal untuknya..
dan menutup rapat- rapat gerbangnya..
untuk diriku yang telah memberikan darah, mempersembahkan luka dan menyuguhkan segalanya untuknya..

Terasa terkhianati..
terasa seperti menghancurkan diri..
dengan semua beban yang telah kupikul dan ku juangkan..
laksana air susu yang tak pernah terbalaskan..
tak ada nyanyian..
tak ada puisi untuk kesungguhan..
hanya kerapuhan dan juga kenangan..

Itu pilihannya..
itu kemauannya..
begitu mudah memberikan kedudukan untuk kaisar itu, dihiasi jutaan keagungan, pujian dan tahta..
namun istana itu hanya menoleh sejenak kepadaku dan sayatan-sayatan di baju zirah ini demi mendapatkan dia..

Sentak terfikir olehku..
istana itu tak cukup luas untukku dan semua kesejahteraan kekuatanku..
singgasana itu tak cukup layak untuk kemapanan jiwaku
aku tak membutuhkan lagi kerajaan itu..

Tersadar..
sekarang istana itu telah ada yang menjaganya...
merawatnya, mengurusnya..
memewahkan seisinya..
tak perlu lagi diriku mengkhawatirkan singgasana itu dimakan oleh jaring laba-laba..
mungkin yang terbaik baginya ialah kaisar itu dengan ribuan pasukan serta tombak-tombak tajamnya..
kaisar besar dengan parang besarnya dan juga baju zirah keagungannya..
kaisar hebat dengan kemampuan yang cukup untuk menghidupinya..
kaisar yang lebih layak dipanggil seorang raja..

Istana itu telah megah,
cahayanya kian cerah..
susananya begitu indah..
dengan kebahagiaan yang menyebar di dinding-dindingnya,
memancarkan warna - warna kemapanan yang amat mewah..

Ku bahagia melihatnya,
walau disatu sisi kecewa akan terus menyala..
dan menjadi suatu kenangan yang takkan bisa terlupa..
namun ku tetap berusaha tersenyum memandangnya..

Kini ku palingkan wajahku,
tak kupandang lagi istana yang dulu menjadi idamanku itu..
ku berjalan menyusuri lembah,
dengan darah-darah yang bersimbah..
ku pijakan kaki-kakiku di atas tanah yang belumpur..
dan tenagaku terkuras lemah, habis untuk bertempur..
saat itu tak lagi ku menoleh ke belakang..
menoleh dan memandang..

Dengan ceceran darah di sepanjang jalanku,
merasakan sakit yang luar biasa, namun luka ini tak seberapa dibanding luka di jiwaku..
ku berfikir, untuk menjadi raja bukan hanya sekedar kemampuan yang perlu tingkatkan..
namun kebijaksanaan yang harus di utamakan..

Maka semua itu aku relakan..
aku tinggalkan..
dan menghapusnya dari tujuanku..
serta melupakan semua hal yang telah ku perjuangkan untuk istana itu..

Sesampainya ku di sebuah hutan gersang, tak ada hujan tak ada laut..
ku duduk di atas bebatuan yang berlumut..
ku sandarkan prisaiku yang penuh dengan panah dan goresan,
ku sembuhkan lukaku,ku bersihkan raga dan jiwaku..
sambil memulihkan tubuhku,
dan mengembalikan tenagaku..
ku asah kembali pedang dan tombakku..
berkali-kali ku hela nafasku,
mengumpulkan semua energiku..
sekaligus berusaha menenangkan jiwaku..

Mungkin mereka berkata bahwa diriku telah "kalah dan menyerah" karena semua itu..
namun tidak bagiku..
ku merasa hari ini adalah kemenanganku..
kemenangan besar untukku..

Mengetahui bahwa sesuatu yang tak tepat untukku,
rasanya lebih dari sebuah kemenangan untukku..
aku puas sudah memaksimalkan segalanya..
mungkin mereka bilang "semua hanyalah sia-sia"
namun tidak untukku..
aku merasa, ini sebagai latihan yang terbaik untukku..
lewat masa-masa itu,
Dzat itu memberikan pembelajaran yang terbaik yang pernah ku alami sepanjang jalanku..
menunjukan bagaimana mendapatkan aura yang begitu kuat..
menghadirkan kekuatan yang Maha Dashyat..
yang jarang dimiliki kesatria pada umumnya..

Dzat itu telah membimbingku
dan telah meniupkan ketangguhan pada prisai, pedang dan juga tombakku..
serta menuntunku kepada kekuatan yang tak terbatas
dan membisikan apa itu arti hidup sesungguhnya..

Kini aku merasa hebat..
merasa lebih kuat..
energiku yang terbuang kini datang dengan jumlaah yang amat besar,
dan aku merasa lebih siap untuk melakukan pertempuran yang lebih besar..
istana itu mungkin bukan yang terbaik yang akan ku raih,

Namun saat proses untuk menggapai istana itu..
aku memperoleh ketahanan dan stamina terbaik..
mendapatkan kemampuan yang terbaik..
mendapatkan peningkatan terbaik yang belum pernah kudapati sebelumnya,.
sungguh ku berterimakasih padanya karena lewat dia,
aku menjadi jauh lebih tangguh dari pada sebelumnya..

Kekuatanku bertambah,
rasanya aku sanggup melawan musuh yang lebih besar dari sebelumnya..
karena ku merasa begitu hebat,
maka aku merasa pantas untuk mendapatkan singgasana yang lebih besar dari singgasana yang ingin ku raih sebelumnya..

Namun kini..
ku perbarui pemikiranku..
tak ingin lagi aku mengejar untuk menduduki sebuah istana,
namun ku buat semua mengalir dengan apa adanya..

Karena ku yakin..
hanya seorang kesatria terkuat yang akan menjadi kaisar terbaik..
hanya kaisar terhebat yang akan menjadi raja teragung..
hanya raja terbijak yang akan menduduki singgasana termegah..


Setelah sekian lama memahami dan mencerna semua itu..
aku kembali berdiri dengan kaki-kakiku..
aku ambil semua persenjataanku..
ku menoleh kebelakang saat itu..
memastikan bahwa aku takkan kembali untuk istana yang diliputi dengan penuh kemewahan itu..

Meninggalkan dirinya..
menghapus jejak-jejak lamaku untuknya..
menghilangkan segala ingatan perjuanganku untuk meraihnya..
tak ada lagi perjuangan untuknya..
perjuanganku berakhir untuknya..
kesungguhanku tak lagi untuknya..

Kemudian..
ku kembali melihat kedepan..
dan mulai melangkah dengan semangat besar dalam jiwaku..
dan dalam relung auraku..

Terlihat di depan ada rombongan di balik batu-batu..
sepertinya ingin menjatuhkanku..
mencoba menakutiku..
mencoba mengahancurkanku..
berusaha membunuhku..
begitu mengancam jiwaku..

Dan saat itu..
ku mulai mengokohkan kuda-kudaku,
ku tatap mereka dan juga sejumlah parang besar milik mereka itu..
ku genggam erat tombak dan prisaiku..
kini aku merasa lebih dari siap untuk menghadapi semua ancaman itu..
dan saat itu terlintas di hati dan di fikiranku..

"Disinilah ku memulai jejak yang baru"

To be continued..

Soul’s Story


Ku mulai berdiri..
dengan semangatnya ku memakai baju yg melambangkan kebesaranku..
ku kenakan pelindung kepalaku
yang menutupi rambut, dahi, hidung serta pipiku..
ku ambil prisai baja berlapis kuningan yang setiap hari kupandangi dengan penuh kehampaan..
ku angkat dan sesekali ku pukul dengan penuh emosi tak tertahan..
ku sentuh dan ku genggam parangku serta sarung penutupnya..
parang yang setiap waktu ku menunggu,
menunggu waktu
waktu yang ku tunggu-tunggu..
ku lepaskan parangku dari sarungnya..
gesekannya menggetarkan jantungku..
membakar jiwaku..
mengembuskan rohku..
ku pandangi kemilau dan juga karat yang menyelimutinya..
sesekali ku hela nafasku
meredam kelabilan emosiku..
ku lihat tombakku
tombakku yang begitu panjang melintang..
ujungnya yang begtu runcing menakuti langit-langit..
pegangannya begitu kokoh
begitu kekar
begitu tebal dan tak terkalahkan..
ku raih tombakku yang teramat kuat,
begitu berat namun dapat kuandalkan..
dengan parang yang terbungkus sarungnya
yang menggantung diantara pinggang dan pahaku,
bersama prisai baja di tangan kiriku
dan ditemani tombak kokoh di genggaman tangan kananku..
ku mencoba keluar dari tempat persembunyianku..
langkahku terasa berat di awal..
namun ku sadar perjuanganku barulah ku mulai..

Dengan raungan kerasku..
ku terobos tirai yang selama ini menutupi diriku..
di hadapanku begitu banyak penghalang yang memandangiku dengan sinis dan dengki..
pandangannya begitu tajam memekakan pengelihatanku..
namun tak gentar jiwaku untuk dipadamkan..
kakiku begitu ringan berlari menghadapi mereka..
mereka menyerangku..
mereka berusaha menghempaskanku..
perlahan ku tumbangkan,
ku tikam dengan tombakku,
dan ku cabut kembali agar tikamanku akan kuhantarkan untuk musuhku selanjutnya..
sesekali ku berlindung dibalik prisai tebalku dari ayunan pedang mereka yang terlihat besar dan menyeramkan..
tikaman tombakku terus berlanjut merobohkan pasukan kematian yang menghantuiku..
terkadang ku menghantamkan prisai kebanggaanku ke mereka..
hantamannya menjatuhkan..
getarannya meluapkan emosi jiwa yang begitu lama ku pendam..
setelah begitu banyak pembantaian yang ku berikan..
ku lemparkan tombakku..
menancap tepat ke jantung musuh terjauhku..
ku keluarkan parangku..
bersama teriakkanku, ku ayunkan parangku ke mereka..
melukai mereka..
memotong mereka..
membunuh mereka..
dengan membabi buta,
ku musnahkan mereka semua..
amarahku ku tunjukkan..
semua tenagaku ku luapkan..
tebasan demi tebasan ku goreskan ke tubuh mereka para penghalang..
namun tak sedikit luka yang mereka berikan..
tubuhku mungkin bersimbahan darah..
namun semangatku belumlah habis dan kalah..
luka-lukaku memang perih..
namun di balik itu masih ada benih kekuatanku yang terus tumbuh..
begitu banyak darah membasahi tubuhku..
begitu banyak luka menyelimuti ragaku..
namun itu hanyalah sebuah model yang tertutupi kulit..
raga hanyalah sebuah tempat, hanyalah sebuah pelindung auraku..
namun di dalamnya terdapat jiwa yang tak bisa mati..
di dalamnya ada zat pengendali..
pengendali atas diriku..
diriku dan hasratku yang abadi..

Setelah semuanya musnah,
hanya diriku yang tersisa..
dengan nafas yang ter engah-engah,
luka yang begitu menyakitkan,
darah yang membasahi tak kunjung kering,
ku berlutut di atas tanah bersimbah darah..
tenagaku terkuras melemah..
semangatku mulai habis dan terasa pudar..
jiwaku tak tunjukan lagi auranya..
emosiku meredup..
semua kekuatanku terasa lepas dariku..
melayang ke udara..
menggambarkan perjuangan dan kerja keras..
keringat bercampur darah tak henti menetes di hadapanku..
rasa lelah menyelimutiku..

Sejenak ku lihat ke depan..
hanya kabut yang tertampak..
namun..
sedikit demi sedikit warna kabut itu tergantikan..
tergantikan oleh sejumlah penghalang selanjutnya..
sentak ku kerutkan dahiku sambil sedikit menggelengkan kepalaku..
dibenakku berkata
"ku pikir telah lah selesai perjuanganku"
ku kedipkan kelopak mataku,
seraya tak percaya dan berharap itu semua hanyalah semu belaka..
namun mereka nyata..
semakin lama semakin mendekatiku dengan emosi yang menggila..
sejenak ku tundukan kepalaku dan menarik nafas panjang..
mencoba kembali mengumpulkan tenagaku..
mengumpulkan kekuatanku..
ku mencoba berdiri perlahan walau sangat amat begitu berat terasa..
ku angkat kembali parang dan prisaiku..
ku perkuat genggmanku pada prisai dan parangku..
ku kokohkan kuda-kudaku dan kembali kutegakan pandanganku dan menghadapi mereka..

walau bersimbahan dengan darah,
tak gentar ku tatap segalanya..
dengan tenagaku yang tak lebih dari setengah,
akan ku hadapi semuanya..

hanya dengan izinNya ku bisa mencapai tujuanku
dan melewati penghalangku..
dan dengan kuasaNya..
diriku akan menang dari segalanya..

dengan sisa-sisa kemampuanku
dan doa yang mendorongku,
ku serahkan segalanya..
ku pasrahkan semuanya..

To be continued..